Nama Jatirejo berawal dari wilayah yang dibatasi dengan sawah, yakni lor sawah dan kidul sawah. Wilayah lor sawah sekarang disebut Grasak dan masuk Desa Tempelrejo. Jatirejo itu kejadian dari alas jati. Jumlah penghuninya hanya beberapa orang dan berada di kidul sawah. Warga di lor sawah hanya dua orang kala itu. Jadi karena jumlah penduduknya banyak atau rama (rejo) yang kidul sawah dan berada di alas jati maka dukuh di kidul sawah itu diberi nama Dukuh Jatirejo oleh Mbah Somarejo, sesepuh dukuh kala itu. Mbah Somarejo itu jenggotnya panjang dan rambutnya masih digelung ke belakang dan jaritan serta umurnya panjang.
Dukuh Trombol
Dukuh Trombol ditemukan dalam Babad Kartosura Bab 90 halaman 29 yang menyebutkan adanya kelompok pasukan Adipati Notopuro, seorang Panji Pasukan Surengrana yang berkumpul dan menggelar pasukan di wuntat.
Dukuh Bendorejo
Dinamakan Bendorejo, karena di dusun ini dulu ada pohon bendo yang besar. Dalam Wikipedia, pohon bendo adalah sejenis tanaman hutan yang masih satu genus dengan pohon nangka. Buah pohon bendo berkhasiat untuk meningkatkan stamina, memberi nutrisi tulang dan mengatasi sariawan. Bijinya bisa dimakan setelah melalui perebusan atau penggorengan terlebih dahulu, begitu menurut Etnoboni.
Dukuh Kadisono
Menurut kamus bahasa jawa, kata kadisono berasal dari dua kata yakni Kadi yang berarti Tuwa atau koyo/seperti/indah, dan kata sono yang mempunyai makna papan panggonan atau tempat yang sudah lama ada. Jika digabungkan menjadi Kadisono yang berarti adalah tempat indah yang sudah lama ada.
Dukuh Pondok
Pondok artinya adalah rumah yang dihuni beramai-ramai atau secara bergerombol dalam waktu yang lama. Kata pondok bersifat kata benda karena merupakan sebuah bangunan. Pondok dan Trombol berada dalam satu Kebayanan Trombol. Hal ini menjadi linear jika dikaitkan dengan kata Tinarombol yang merupakan asal kata Trombol atau rombongan bergerombol dan menginap di suatu tempat berwujud rumah atau pondok. Seperti penuturan warga bernama Nardi 55 tahun menyatakan bahwa Dusun Pondok ini dulu merupakan bagian dari dusun Suwatu, tetapi semenjak tahun 70an bergeser masuk ke dalam wilayah dusun Trombol.
Dukuh Ngunut
Nama Ngunut itu diberikan oleh Mbah Demang Kartorejo. Sejarahnya berawal dari adanya seorang wali yang lewat di suatu wilayah dan kehausan kemudian nunut ngombe atau mampir minum di sebuah sendang. Itu merupakan belik pertama kali di wilayah Desa Trombol. Dari kata nunut itulah kemudian Mbah Demang Kartorejo memberi nama tempat itu sebagai Dukuh Ngunut.
Kata Ngunut dalam kamus bahasa jawa berasal dari asal kata nunut atau numpang istirahat. Pada masa lampau Ngunut yang berada di wilayah Desa Trombol ini diduga berasal dari sejarah pasukan Pangeran Mangkubumi yang sedang melakukan perjalanan ketika akan menyerang blora. Para pasukan itu beristirahat di tempat ini.
Sedangkan cerita tutur lain adalah perjalanan sosok yang dinamakan dengan Cah Angon yang menggembalakan kerbau yang sering beristirahat di tempat ini. Sosok Cah Angon ini kemudian dalam beberapa cerita tutur merujuk pada sosok Saridin atau yang lebih terkenal dengan Syech Jangkung, yang juga merupakan cucu Sunan Kalijogo.
Wali itu kemudian bersabda bahwa di daerah itu akan mahal air (larang banyu). Satu dukuh itu sampai sekarang kekurangan air. Ada yang menggali sampai 40 meter, 25 meter, tidak ada yang pernah jadi sumur. Pada tahun 1980-an ada mahasiswa KKN dari UNS yang membuat sumur dan berhasil. Sumur itu sampai sekarang masih bisa digunakan dengan kedalaman 22 meter. Sekarang sudah banyak jaringan PDAM masuk.